SERAPAN HARA N, P, K BEBERAPA JENIS GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Abstract

Salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Kelapa sawit memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial adapun masalah terhadap gulma tetapi gulma memiliki manfaat sebagai penutup tanah dan penyumbang unsur hara dari dekomposisi, gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya tidak diinginkan dan mengganggu pemanfaatan lahan serta berdampak buruk pada produksi tanaman utama, gulma merupakan tumbuhan pengganggu dan merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk mengendalikannya namun dalam ilmu pertanian dan gulma definisi gulma masih diperdebatkan. Definisi standar gulma sebagai tanaman yang tumbuh di tempat yang tidak diinginkan, walaupun benar tetapi masih gagal mencapai inti fundamental dari definisi gulma Perlakuan jenis gulma memberikan respon yang berbeda terhadap serapan C-organik dan hara N, P, K. Serapan C-organik tertinggi diperoleh pada perlakuan N. biserrata (8,42), diikuti oleh A. gangetica(6,06)dan P. conjugatum (2,79). Sedangkan serapan hara N, P, K tertinggi diperoleh pada perlakuan A. gangetica diikuti oleh N. biserrata, dan P. conjugatum untuk unsur hara N, A. gangetica (0,347) ,perlakuan N. biserrata (0,235) , P. conjugatum (0,088) ,unsur hara P pada ketiga perlakuan tidak berpengaruh nyata A. gangetica (0,020), N. biserrata (0,015), P. conjugatum (0,006) untuk unsur hara K pada perlakuan A. gangetica (0,458), perlakuan N. biserrata (0,203) dan P. conjugatum (0,085). Gulma A. gangetica, P. conjugatum, dan N. biserrata dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan karena dapat menyumbang bahan organik dan hara N, P, K dari serapan haranya serta mampu menekan pertumbuhan gulma lain.