Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.uisu.ac.id/handle/123456789/2745
Title: | DIMANA TANAH DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG KAJIAN KOMUNIKASI SIMBOLIK PERIBAHASA MASYARAKAT MINANG |
Authors: | NASUTION, RAFLY MUFTHY |
Keywords: | Komunikasi Simbolik, Masyarakat Minang |
Issue Date: | 23-Nov-2023 |
Publisher: | Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Islam Sumatera Utara |
Series/Report no.: | UISU231022;71190612024 |
Abstract: | ABSTRAK DIMANA TANAH DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG KAJIAN KOMUNIKASI SIMBOLIK PERIBAHASA MASYARAKAT MINANG Nama : Rafly Mufthy Nasution NPM : 71190612024 Program Studi : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Penggunaan ungkapan atau peribahasa salah satu cara mendidik masyarakat. Ungkapan yang meliputi peribahasa, saloka, dan bebasan merupakan bagian dari komunikasi sistem budaya. Peribahasa yang sering diterapkan oleh masyarakat minang yaitu “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tinggi”. Tradisi merantau merupakan budaya yang tetap dilestarikan hingga kini. Sebahagian dari sejarah sosial dan ekonomi masyarakat yang berketurunan Minangkabau melakukan budaya merantau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi simbolik lebih dalam arti, esensi, maksud serta makna yang terkandung dalam pribahasa “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”, sehingga mendapatkan titik temu arti, maksud, makna, serta esensi apa yang terdapat dalam peribahasa tersebut. Bentuk penelitian ini yaitu penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif melalui wawancara. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tinggi”, memiliki makna intrinsik berisi pesan tersirat, nasihat, ataupun prinsip hidup masyarakat Indonesia. Peribahasa ini mengandung makna bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat ia hidup atau tinggal. Adat istiadat inilah yang dimaksudkan dengan keyakinan etis spiritual yang ada pada masyarakat sebagai nilai yaitu hal yang baik. Dan adapun kelebihan dari peribahasa ini yaitu bisa menjadikan pribadi yang mudah beradaptasi dan penuh toleransi, membantu meningkatkan level kemandirian pada diri, akan mendapatkan teman dan keluarga baru, akan mendapatkan cerita, tantangan, dan pengalaman yang tak akan terlupakan, akan lebih pandai mengelola keuangan, menjadikan pribadi yang lebih pandai bersyukur, akan lebih mengerti arti keluarga ketika berada jauh dari keluarga. Serta adapun kekurangannya yaitu jauh dari keluarga, menanggung semua sendiri, menghadapi lingkungan baru, biaya hidup lebih tinggi. Kata Kunci : Komunikasi Simbolik, Masyarakat Minang |
URI: | http://repository.uisu.ac.id/handle/123456789/2745 |
Appears in Collections: | Ilmu Komunikasi |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Cover,Bibliography.pdf | Cover, Bibliography | 4.95 MB | Adobe PDF | View/Open |
Abstract.pdf | Abstract | 127.77 kB | Adobe PDF | View/Open |
Chapter I,II.pdf | Chapter I,II | 163.64 kB | Adobe PDF | View/Open |
Chapter III,IV,V.pdf Restricted Access | Chapter III,IV,V | 154.6 kB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.